Jumat, 25 Januari 2008

Sensory neuron

Sensory neuron

Sensory neurons are nerve cells within the nervous system responsible for converting external stimuli from the organism's environment into internal electrical impulses.

For example, some sensory neurons respond to tactile stimuli and can activate motor neurons in order to achieve muscle contraction.

Such connections between sensory and motor neurons underlie motor reflex loops and several forms of involuntary behavior, including pain avoidance.

In humans, such reflex circuits are commonly located in the spinal cord..

For more information about the topic Sensory neuron, read the full article at Wikipedia.org, or see the following related articles:

Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman

oleh Brittlate pada Juni 15, 2007, 01:47:00
4252 Views | 0 Komentar | Rating: (1 rates)
Tumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak terlihat seperti sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan juga floem. Berikut ini, saya akan memaparkan betapa pentingnya mereka bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan juga bagaimana mereka berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal.

Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman

Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman

Sensory neuron

Sensory neuron

Selasa, 15 Januari 2008

Air Liur Untuk Pupuk

Air Liur Untuk Pupuk..!!!!

Inovasi dalam bidang pupuk alami dan pestisida alami.

Ide dasarnya sederhana, mikrooraganisme dari mulut dikumpulkan (pagi-pagi air
kumur pertama dari 300 santri dikumpulkan) terus dibiakkan, terus disiramkan ke
kotoran ternak dan jerami untuk mempercepat penguraian biologis menjadi pupuk.

Manfaatkan Air Liur untuk Pertanian

Mengapa bingung dengan harga pupuk dan pestisida yang melangit?
Gunakan saja air liur, mujarab kok!
Setiap bangun tidur bau mulut kita pasti terasa tak sedap.
Tahukah Anda bahwa bau tak sedap itu sangat bermanfaat untuk dunia pertanian?

Itulah yang dikembangkan Fuad Affandi. Putra Ciwidey, Bandung ini berhasil
membuat karya inovatif berupa pupuk dan obat pemberantas hama tanaman dari bahan
dasar air liur. Uniknya, Fuad bukanlah seorang ahli bioteknologi atau lulusan
perguruan tinggi. Ia 'hanya' seorang kiai yang mengasuh 300 santri.

Awalnya, ia melihat melimpahnya kotoran sapi, kambing, dan ayam. Mang Haji
-demikian Fuad biasa dipanggil- berniat menjadikan kotoran ternak tadi menjadi
pupuk kandang. Agar menjadi pupuk alami yang baik, kotoran itu harus diperam
selama dua sampai empat bulan.

Fuad berpikir, bagaimana mempercepat proses penghancuran dan pembusukan kotoran
ternak tadi? Ternyata, bakteri penghancur yang ampuh justru ada di perut
manusia. "Buktinya, hari ini kita makan, besok keluar sudah busuk," ujar alumnus
Pesantren Lasem, Jawa Tengah ini.

Menurut penelitian Laboratorium Mikrobiologi Universitas Padjajaran, Bandung,
dalam air liur memang terdapat empat macam bakteri: Saccharomyces, Cellulomonas,
Lactobacillus, dan Rhizobium. Bakteri ini biasa hidup di lambung manusia.
Bagaimana mendapatkan bakteri itu?
Tak kurang akal. Kebiasaan makhluk renik itu, kalau tidak ada makanan masuk
dalam waktu cukup lama, mereka akan naik untuk menyantap sisa-sisa makanan yang
ada di dalam rongga mulut. Karena saat tidur tidak ada makanan yang masuk, saat
itulah banyak bakteri berkumpul di mulut.

Nah, Fuad lantas memerintahkan 300 santrinya membuang air kumur pertama dari
bangun tidur ke dalam kaleng yang telah disediakan di depan penginapan santri.
Mikroorganisme dalam air liur itu lalu dikembangbiakkan dengan menambahkan
molase (gula), dedak, dan pepaya ke dalamnya. Setelah beberapa hari, air liur
santri ternyata berubah menjadi cairan kental berwarna keruh, dengan bau wangi
seperti bau cokelat. Itu berarti bakteri dapat berkembang biak dengan subur.
Fuad lalu menyiramkan cairan bakteri itu ke kotoran ternak dan jerami yang
sedang diperam.

Hasilnya dahsyat. Hanya dalam tiga hari, kotoran ternak itu hancur dan busuk,
siap dipakai sebagai pupuk kandang. Penemuan Fuad ini diberi nama MFA
(Mikroorganisme Fermentasi Alami) --kadang diplesetkan menjadi Mikroorganisme
Fuad Affandi.

MFA berkasiat untuk mempercepat ketersediaan nutrisi tanaman, mengikat pupuk dan
unsur hara, serta mencegah erosi tanah. Semula, pupuk organik itu dipakai untuk
kalangan sendiri, kemudian menyebar dari mulut ke mulut para petani di
lingkungannya. Pada tahap selanjutnya, Mang Haji berhasil mengembangkan pupuk
kandang menjadi cairan yang dikemas dalam botol dan siap disemprotkan ke
tanaman.

Inovasi Fuad tak berhenti sampai MFA. Dia juga menciptakan tiga jenis pembasmi
hama tanaman yang diberi nama Innabat (Insektisida Nabati), Ciknabat (Cikur
Nabati), dan Sirnabat (Siki Sirsak Nabati).

Innabat adalah insektisida yang terbuat dari kacang babi dicampur bawang putih,
bawang merah, cabe rawit, dan temulawak. Semua bahan itu digiling menjadi satu
dan dicampur dengan air beras. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 14
hari sebelum disemprotkan ke tanaman. Ketika diuji, ramuan ini ampuh untuk
membasmi berbagai jenis ulat, ngengat, dan lalat yang sering menyerbu tanaman
sayuran.

Sedangkan Ciknabat, yang terbuat dari cikur (kencur) dicampur dengan bawang
putih, ampuh sebagai fungisida (pembasmi jamur tanaman). Selain membasmi jamur,
Ciknabat juga berfungsi ganda sebagai insektisida. Kencur dan bawang putih ini
tidak mematikan hama, tapi baunya membuat hama enggan mendekat.

Lain lagi dengan Sirnabat, yang terbuat dari gilingan biji sirsak, merupakan
formula paling keras yang dibuat Fuad. Ramuan ini disemprotkan jika Innabat dan
Ciknabat sudah tak mempan lagi mengusir hama.

Untuk memproduksi pupuk dan pestisida alami itu, Fuad mendirikan pabrik di
Garut, yang kini dikelola Tatang Sutresna, mantan santrinya. Permintaan tidak
cuma datang dari Bandung dan sekitarnya, melainkan dari luar pulau, seperti
Jambi, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

Pesantren pertanian

Bila Fuad intensif mengembangkan pupuk dan pestisida alami, itu bukanlah aneh.
Memang sudah sejak lama kiai ini bersentuhan dengan dunia pertanian. Bahkan
pesantrennya, Al Ittifaq, yang berada di Desa Alam Endah Ciwidey, identik dengan
pesantren pertanian. Santrinya tidak
cuma memperdalam agama, juga belajar bercocok tanam. Hebatnya, beberapa
santrinya di kirim ke Jepang dan beberapa negara Eropa mengikuti pelatihan
agroindustri di sejumlah industri pertanian dan perkebunan, atas beaya Bank
Dunia dan Departemen Pertanian.

Saat pertama datang di Ciwidey, 40 km arah selatan Bandung, sekitar tahun 70-an,
Fuad terheran-heran. "Mengapa penduduknya miskin, padahal alamnya sangat subur?"
pikirnya dalam hati. Tampaknya, salah satu penyebab utama adalah tingkat
pendidikan yang rendah. Banyak anggota masyarakat tidak tamat SD. Kalaupun ada,
hanya bisa dihitung dengan jari. Terdorong oleh keinginan mengubah nasib
masyarakat, Fuad lantas mendirikan pesantren. Bermodal sebidang tanah dan
sedikit pengetahuan pertanian, Fuad kemudian juga mengajak beberapa warga
menanam sayuran buncis dan kentang. Hasilnya ternyata bagus.

Tentu saja keberhasilan ini mengundang minat banyak orang mengembangkan
agrobisnis. Setelah beberapa kali gagal menembus pasar swalayan, karena syarat
kualitas yang ketat, supermarket Hero akhirnya bersedia menerima sayuran Fuad.
Jalan menuju keberhasilan semakin lempang. Buktinya, kini Fuad setiap harinya
mampu memasok sayuran segar ke Jakarta sekitar 5 ton.

Jumlah tersebut untuk memenuhi beberapa super market, dengan perincian:
2 ton ke Hero, serta 3 ton untuk Makro, Ramayana, dan Gelael.

"Kalau ditanya omzet, alhamdulillah dalam sebulan kurang lebih tiga ratus enam
puluh jutaan," aku peraih penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden BJ
Habibie (1998) ini.

Kelebihan Dibanding pupuk dan pestisida kimiawi, buatan Fuad memiliki sejumlah
keunggulan.

Pertama, dari segi beaya, lebih murah. "Harga pestisida kimia Rp 50.000,
sedangkan produksi cuma Rp 15,000," tutur Apep,Wakil Ketua Pondok Pesantren Al
Iftifaq. Apep memberi gambaran, untuk luas 1 ha tanaman buncis petani harus
mengeluarkan beaya sebesar Rp 2 juta untuk membeli pestisida kimia/sintesis.
Kalau menggunakan pestisida alami, petani hanya mengeluarkan beaya Rp 100.000,
dengan luas lahan yang sama. "Hasilnya sama, per hektar sekitar 8 ton," ujarnya.

Kedua, menggunakan pupuk dan pestisida alami tentu lebih sehat, karena tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan maupun hasil produksinya.

Ketiga, harga sayurannya lebih tinggi, karena sayuran tampak lebih segar,
bersih, dan bebas dari zat-zat kimiawi.

Bukan berarti tanpa kendala. Menurut Apep, yang sulit justru mencari bahan
bakunya.

Misalnya, untuk membuat Innabat, sangat sulit mendapatkan kacang babi. Juga
untuk membuat Sirnabat, biji sirsaknya tidak gampang diperoleh. "Mungkin, kami
perlu mendatangi para penjual juice buah sirsak, atau para pembuat dodol
sirsak," kata Apep sambil terkekeh. Melejitnya harga pupuk dan pestisida kimia
sekarang ini, tentu peluang untuk kembali ke alami. "Pesanan memang naik
drastis. Saya optimis produksi kami akan dicari petani. Sekarang kapasitas
produksi kami bisa 30 ton/bulan," kata Awang Nawangsih, yang bersama suaminya,
Tatang Sutresna, diberi amanah mengembangkan MFA. Semoga. (ddg)



KERUSAKAN PANTAI DAN PESISIR DI CIREBON DAN INDERAMAYU

KERUSAKAN PANTAI DAN PESISIR

DI CIREBON DAN INDERAMAYU

  1. Permasalahan

Keadaan pantai dan pesisir di cirebon dan inderamayu saat ini sangat memprihatinkan, hal ini seperti apa yang telah disampaikan oleh gubernur jawa barat Drs. H. Danny Setiawan M.si. pada peringatan Hari Nusantara ke-8 tingkat jawa barat selasa 20 november 2007 menyatakan bahwa kondisi perairan laut jawa sangat memprihatinkan sepeerti keranjang sampah. Laut telah menjadi tempat pembuangan berbagai macam limbah,mulia dari limbah industri, limbah pertanian, limbah rumah tangga hingga limbah dari kegiatan pelayaran, termasuk kegiatan nelayan. Kondisi seperti itu membuat potensi dari sektor perikanan menjadi berkurang dan yang pasti merusak tatanan ekosistem yang ada.

Menurut analisis pengamat lingkungan yang juga merupakan dosen fakultas pertanian Universitas Wilalodra(FP UNwir) inderamayu, Ir Oni Toyib kawasan pantai Inderamayu yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini hanya 60 persen dan sisanya sudah sangat memprihatinkan. Menurutnya abrasi pantai yang terus menerus terjadi dan menggerus ratusan lahan darat,itu menjadi bukti bahwa bagaimana pantai Inderamayu rapuh tergerus gelombang. Kawasan pantai di Inderamayu yang paling parah diantaranya pantai Pabean ilir, Brondong, Ujung Gebang, dan Krangkeng.

Kerusakan pantai dan pesisir di Inderamayu diperparah dengan adanya penebangan tanaman mangrove yang dilakukan oleh para petani tambak seiring dilakkukan nya pembukaan lahan untuk kawasan tambak, hal itu membuat ribuan hektar lahan mangrove di sepanjang pantai utara Inderamayu saat ini keadaannya rusak parah.

  1. Analisis Masalah

Kerusakan parah yang terjadi di pantai dan pesisir Cirebon dan Inderamayu disebabkan karena beberapa faktor, yang pertama adalah karena ulah para pelaku yang tidak bertanggaungjawab, kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan yang masih kurang, rendahnya pengawasan institusi pemerintah seperti KPH perhutani yang kurang tegas dalam menindak penebangan liar hutan lindung di kawasan pantai dan belum adanya Perda yang mengatur kebijakan konservasi sumber daya pantai dan pesisir yang jelas.

Pembuangan berbagai macam limbah seperti limbah industri, limbah pertanian, rumah tangga, serta limbah kegiatan pelayaran dan kegiatan nelayan di laut dapat merusak kelestarian laut tersebut. limbah yang dibuang ke laut dapat membuat proses pendangkalan menjadi cepat, membuat jumlah oksigen terlatut menjadi berkurang, serta zat yang bersifat toksik dari limbah tersebut dapat membunuh biota yang ada.

Penebangan hutan mangrove yang terus-menerus akan merusak habitat biota yang hidup pada daerah pinggir pantai dan dapat membuat proses abrasi menjadi cepat, karena tanaman mangrove dapat menjadi tempat hidup bagi biota yang ada dan sistem perakarannya dapat menahan abrasi sehingga tidak merusak lahan daratan. Jika hal-hal yang dapat merusak kelestarian pantai dan pesisir tersebut masih terus dilakukan maka tatanan ekosistem yang ada tidak akan dapat bertahan lama keutuhannya. Kerusakan ekosistem di pantai dan pesisir dapat mengurangi jumlah ikan yang ditangkap oleh para nelayan, dengan demikian maka perekonomianpun menjadi terganggu.

  1. Solusi Masalah

Kerusakan pantai dan pesisir di Cirebon dan Inderamayu merupakan masalah bersama oleh karena itu perlu adanya kerja sama dari semua pihak. Hal yang pertama dilakukan adalah memberikan penyuluhan pada masyarakat yang hidupnya dan mencari nafkahnya di daerah pantai dan pesisir. Penyuluhan yang diberikan adalah bagaimana cara mengkonservasi sumbre daya laut dengan bijak tanpa mengenyampingkan sisi ekologinya. Kemudian melakukan himbauan kepada masyarakat akan pentinya menjaga kelestarian alam. Serta perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi oleh institusi pemerintah seperti KPH perhutani terhadap pengrusakan ekosistem yang ada. Pemerintah daerah setempat juga harus segera membuat perda yang mengatur konservasi sumber daya laut yang bijak.

















Mobilisasi Zat-Zat MakananSelama perkecambahan biji

Mobilisasi Zat-Zat Makanan

Selama perkecambahan biji


Perkecambahan merupakam proses permulaan kembali pertumnbuhan tanaman embrio di dalam biji . Proses perkecambahan dapat di pengaruhi oleh beberapa factor kondisi yang pertama adalah lingkungan ini merupakan pengaruh luar yang sangat menentukan optimal atau tidaknya pertumbuhan kecambah sebuah biji. Ada tiga factor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan Yaitu ; banyaknya air yang memadai, persedian oksigen yang cukup dan suhu yang tepat. Apa yang cocok dan cukup bagi satu spesies belum tentu sesuai bagi yang lain, namum pada umumnya untuk tiap spesies harus dipenuhi tiga kondisi tersebut. Kedua yang mempengaruhi perkecambahan adalah periode dormansi biji dan daya viabilitas. Dormansi biji yakni fase inaktif, dimana biji tersebut tidak mengalami proses fisiologinya. Dormansi dapat dialami oleh sebuah biji karena dalam biji tersebut telah dibekali asam absisat(ABA) yang merupakan senyawa kimia yang di produksi oleh tumbuhan berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan. Pertumbuhan biji pada awalnya di hambat oleh ABA sampai keadaan biji tersebut benar-benar matang dan siap untuk tumbuh. Setiap spesies memiliki fase dormansi biji yang berbeda. Sebagai contoh biji buah apel yang hanya dapat berkecambah swetelah masa dingin yang lama. Ada bukti bahwa penghambat kimia(ABA) terdapat di dalam bijinya ketika terbentuk yang lambat laun di pecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik.






Selanjutnya daya viabilitas yakni suatu kemampuian sebuah biji untuk dapat tumbuh berkecambah setelah dormansi. Terbuka trhadap cahaya untukwaktu yang sesuai juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan untuk beberapa kasus. Pada kasus yang ada biji-biji tumbuhan yang terdapat di tempat berawa dapat berkecambah setelah lama terkena cahaya matahari.


Selama proses perkecambahan pada biji berlangsung terjadi mobilisasi zat-zat makanan didalamnya. Proses mobilisasi di mulai setelah biji menyerap air dan oksigen, tanaman embrio dalam biji mensekresikan hormone pertumbuhan giberelin(GA) untuk merangsang aleuron, yaitu lapisan tipis bagian luar endospermae. Selanjutnya aleuron merespon dengan cara mensintesis dan mensekresikan enzim pencernaan seperti alfa amilase yang berfungsi menghidrolisis zat makanan seperti pati(amilum) yang terkandung dalam endospermae, yang kemudian meghasilkan molekul yang lebih kecil yang dapat larut dalam air sehingga mudah di serap oleh skutelum(kotiledon) yang dikonsumsi dan dihabiskan oleh tanaman embrio menjadi sebuah bibit atau benih selama perkecambahan.